Rabu, 23 Juni 2010

Konservasi Harimau Sumatera Secara Komprehensif

Populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) di habitat alaminya secara menyeluruh belum diketahui secara tepat, namun dapat dipastikan bahwa populasinya saat ini sudah dalam kondisi sangat kritis. Tahun 1994 diperkirakan populasi harimau sumatera yang hidup liar hanya 500-600 ekor saja dan itupun hidup tersebar dalam populasi-populasi kecil di Dalam Kawasan Konservasi dan di Luar Kawasan Konservasi. Sementara itu Direktorat Jederal PHKA memeperkirakan setiap tahunnya 30 ekor harimau sumatera mati akibat perburuan. Kondisi seperti ini apabila tidak ditangani secara serius dan intensif dapat dipastikan bahwa populasi harimau sumatera di alam akan menurun secara cepat dan dalam waktu yang tidak lama akan punah seperti yang telah terjadi pada harimau Bali, Kaspia dan harimau Jawa yang sudah dianggap punah.

Menurunya populasi harimau Sumatera di alam disebabkan oleh banyak factor yang saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. Factor-faktor penyebab tersebut diantaranya, adalah:
  1. Informasi dan pengetahuan di bidang bio-ekologi harimau sumatera masih terbatas.
  2. Menurunnya kwalitas dan kwantitas habitat harimau sumatera akibat konversi hutan, eksploitasi hutan, penebangan liar, perambahan hutan, kebakaran hutan dan lain-lain
  3. Fragmentasi Habitat akibat Perencanaan Tata Guna Lahan dan penggunaan lahan dan hutan yang kurang memperhatikan aspek-aspek konservasi satwa liar khususnya harimau sumatera.
  4. Kematian harimau sumatera secara langsung sebagai akibat dari perburuan untuk kepentingan ekonomi, estetika, pengobatan tradisional, magis, olahraga dan hobby serta mempertahankan diri karena terjadinya konflik antara harimau dengan masyarakat.
  5. Penangkapan dan pemindahan harimau sumatera dari habitat alami ke lembaga konservasi eksitu karena adanya konflik atau kebutuhan lain.
  6. Menurunya populasi satwa mangsa harimau karena berpindah tempat maupun diburu oleh masyarakat.
  7. Rendahnya unsur-unsur management pengelola konservasi harimau sumatera.
  8. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam konservasi alam dan rendahnya penegakan hukum dibidang “Wildlife Crime” telah pula mempercepat penurunan populasi harimau sumatera di alam.

Sumatran Tiger Conservation Centre

Sebagai dampak dari pembangunan yang membutuhkan pembukaan wilayah hutan telah menyebabkan habitat harimau sumatera di Pulau Sumatera mengalami fragmentasi dan degradasi yang cukup berat, kondisi ini telah menyebabkan :
  1. Harimau sumatera yang populasinya sudah terancam punah dan statusnya dilindungi undang-undang menjadi terdesak lalu masuk ke pemukiman dan menimbulkan konflik yang menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerugian harta benda.
  2. Selain itu populasi harimau yang terpencar di berbagai kawasan hutan yang terfragmentasi sebagian besar dari populasinya berada dibawah populasi normal (Viable Populastion) yang kondisinya sulit untuk dapat melangsungkan keturunannya dalam jangka panjang.
Upaya penanganan konflik antara harimau dengan manusia selama ini masih terbatas pada kegiatan menangkap harimau penyebab konflik dan memindahkannya ke Kebun Binatang atau Lembaga Konservasi Eksitu lainnya. Apabila upaya penanganan konflik seperti ini terus dilakukan maka akan terjadi kepunahan harimau sumatera secara lokal di alam dan selanjutnya akan terjadi kepunahan secara menyeluruh di habitat aslinya yaitu di Pulau Sumatera.

Pelepasliaran Harimau Konflik

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah satwaliar yang termasuk dalam keluarga kucing besar. Satwa ini hidup secara alami hampir di seluruh bagian Pulau Sumatera. Berdasarkan data pada Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Tahun 1995 populasi harimau sumatera di habitat alamnya di Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung diperkirakan mencapai 400 – 600 ekor.

Harimau sumatera termasuk golongan hewan carnivora atau hewan pemangsa sejati yang hidup dengan cara memburu satwa mangsanya, seperti: rusa, kijang, kera, babi hutan dan satwa liar lainnya. Daya jelajahnya cukup tinggi dapat mencapai 30 – 60 km per hari dan memiliki teritorial yang dipertahankan (homerange).

Dalam kondisi yang sehat harimau sumatera memiliki masa kehamilam 110-115 hari dan dapat melahirkan anak 3-5 ekor. Satwa ini cukup unik karena memiliki tubuh yang besar, dengan warna bulu kuning keemasan diselingi oleh bulu hitam membentuk garis.

Jadi untuk mempertahankan kelestarian harimau sumatera yang perlu mendapat perhatian, adalah :

1. Kondisi habitat yang baik dan tersedianya air
2. Populasi satwa mangsa yang cukup
3. Areal yang cukup luas

Kenyataan saat ini habitat harimau di Pulau Sumatera telah banyak mengalami perubahan dan kerusakan. Hal ini sebagian besar diakibatkan oleh konversi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, tanaman monokultur, jaringan jalan, pemukiman, perladangan masyarakat dan kebakaran hutan dan lahan serta perambahan.

Dari keadaan tersebut di atas secara mendasar terdapat lima pokok permasalahan yang menyebabkan populasi harimau sumatera di habitat alami terus menurun, yaitu :
  1. Terjadinya fragmentasi habitat
  2. Meningkatnya kerusakan habitat
  3. Tingginya perburuan harimau
  4. Meningkatnya perburuan satwa mangsa harimau
  5. Banyaknya pemindahan harimau penyebab konflik dari habitat alami ke lembaga konservasi eksitu.