Sebagai dampak dari pembangunan yang membutuhkan pembukaan wilayah hutan telah menyebabkan habitat harimau sumatera di Pulau Sumatera mengalami fragmentasi dan degradasi yang cukup berat, kondisi ini telah menyebabkan :
Harimau sumatera yang populasinya sudah terancam punah dan statusnya dilindungi undang-undang menjadi terdesak lalu masuk ke pemukiman dan menimbulkan konflik yang menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerugian harta benda.
Selain itu populasi harimau yang terpencar di berbagai kawasan hutan yang terfragmentasi sebagian besar dari populasinya berada dibawah populasi normal (Viable Populastion) yang kondisinya sulit untuk dapat melangsungkan keturunannya dalam jangka panjang.
Upaya penanganan konflik antara harimau dengan manusia selama ini masih terbatas pada kegiatan menangkap harimau penyebab konflik dan memindahkannya ke Kebun Binatang atau Lembaga Konservasi Eksitu lainnya. Apabila upaya penanganan konflik seperti ini terus dilakukan maka akan terjadi kepunahan harimau sumatera secara lokal di alam dan selanjutnya akan terjadi kepunahan secara menyeluruh di habitat aslinya yaitu di Pulau Sumatera.
Pelepasliaran Harimau Konflik
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah satwaliar yang termasuk dalam keluarga kucing
besar. Satwa ini hidup secara alami hampir di seluruh bagian Pulau Sumatera. Berdasarkan data pada Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Tahun 1995 populasi harimau sumatera di habitat alamnya di Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung diperkirakan mencapai 400 – 600 ekor.
Harimau sumatera termasuk golongan hewan carnivora atau hewan pemangsa sejati yang hidup dengan cara memburu satwa mangsanya, seperti: rusa, kijang, kera, babi hutan dan satwa liar lainnya. Daya jelajahnya cukup tinggi dapat mencapai 30 – 60 km per hari dan memiliki teritorial yang dipertahankan (homerange).
Dalam kondisi yang sehat harimau sumatera memiliki masa kehamilam 110-115 hari dan dapat melahirkan anak 3-5 ekor. Satwa ini cukup unik karena memiliki tubuh yang besar, dengan warna bulu kuning keemasan diselingi oleh bulu hitam membentuk garis.
Jadi untuk mempertahankan kelestarian harimau sumatera yang perlu mendapat perhatian, adalah :
1. Kondisi habitat yang baik dan tersedianya air
2. Populasi satwa mangsa yang cukup
3. Areal yang cukup luas
Kenyataan saat ini habitat harimau di Pulau Sumatera telah banyak mengalami perubahan dan kerusakan. Hal ini sebagian besar diakibatkan oleh konversi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, tanaman monokultur, jaringan jalan, pemukiman, perladangan masyarakat dan kebakaran hutan dan lahan serta perambahan.
Dari keadaan tersebut di atas secara mendasar terdapat lima pokok permasalahan yang menyebabkan populasi harimau sumatera di habitat alami terus menurun, yaitu :
Terjadinya fragmentasi habitat
Meningkatnya kerusakan habitat
Tingginya perburuan harimau
Meningkatnya perburuan satwa mangsa harimau
Banyaknya pemindahan harimau penyebab konflik dari habitat alami ke lembaga konservasi eksitu.